Senin, 06 April 2020

Lanjutan Kisah Sang Tokoh Penghuni Surga

lanjutan....
Setelah kepindahan Rasulullah saw. Ke Madinah, kaum muslimin tinggal bersama beliau bermukim di sana, masyarakat Islam terbentuk dan menyempurkan barisannya. Di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman ini 'Ammar pun mendapat kedudukan yang tinggi. Rasulullah saw. Amat sayang kepadanya, dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketaqwaan 'Ammar kepada para sahabat.
Bersabda Rasulullah saw. : “Diri 'Ammar dipenuhi keimanan sampai ke tulang punggungnya…!”
Dan ketika terjadi selisih faham antara Khalid bin Walid dengan 'Ammar, Rasulullah saw. Bersabda:
“Siapa yang memusuhi 'Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci 'Ammar, maka ia akan dibenci Allah!”
Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid (pahlawan Islam itu) selain segera mendatangi 'Ammar untuk mengakui kekhilafannya dan meminta maaf…
Jika Rasulullah saw. telah menyatakan kesayangannya sedemikian rupa, pastilah keimanan orang itu, kecintaan, dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak kesempurnaan. Nabi saw bersabda:
“Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar..., dan ambil pula hidayah yang dipakai ‘Ammar untuk jadi bimbingan!”
‘Ammar telah melalui semua peperangan bersama Rasulullah, baik perang badar, uhud, khandaq, dan tabuk, setelah Nabi Muhammad wafat, ia terus melanjutkan perjuangan Beliau.
Tatkala kaum muslimin berhadapan dengan kaum Persi dan Romawi, ‘Ammar selalu berada dibarisan terdepan sebagai prajurit yang gagah perkasa dengan tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, demikian juga ketika menghadapi kaum murtad. 
Dan ketika Amirul Mu’minin Umar memilih calon-calon wali negeri secara cermat dan hati-hati, maka matanya tetap tertuju dan tak hendak beralih dari ‘Ammar bin Yasir, Ia segera menemuinya dan mengangkatnya sebagai wali negeri Kufah dengan Ibnu Mas’ud sebagai bendaharanya.
Dalam melaksanakan pemerintahannya, ‘Ammar melakukan suatu sistem yang rupanya tidak dapat diikuti oleh orang-orang yang rakus akan dunia, hingga mereka  hampir mengadakan persekongkolan terhadap dirinya. Pangkat dan jabatannya itu tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya. Salah seorang yang hidup semasa dengannya di Kufah, adalah Ibnu Abil Hudzail, bercerita:
“Saya lihat ‘Ammar bin Yasir sewaktu menjadi amir di Kufah, membeli sayuran di pasar lalu mengikatnya dengan tali dan memikulnya di atas punggung, dan membawanya pulang.”
Ketika Hudzaifah ibnul Yaman, seorang yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan ghaib, sedang mengalami sakaratul maut. Kawan-kawannya yang sedang berkumpul di sekelilingnya bertanya: “Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu, jika terjadi pertikaian di antara umat..?” Sambil mengucapkan kata-katanya yang terakhir, Hudzaifah menjawab: “Ikutlah oleh kalian Ibnu Sumayyah, karena sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan kebenaran….!
Dan hari-haripun berlalu, tahun demi tahun silih berganti. Rasulullah telah kembali ke tempat tertinggi...disusul oleh Abu Bakar, Umar ke tempat ridlo Ilahi,  setelah itu khilafah dipegang oleh Dzun Nurain Utsman bin ‘Affan.

Tidak ada komentar: